Saat menonton Kungfu Panda kemarin, ada beberapa hal dari film animasi tersebut. Berikut ini yang dapat kita petik atau terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari dari film tersebut.
Adalah Po, si Panda jantan, yang sehari-hari bekerja di toko mie ayahnya, memiliki impian untuk menjadi seorang pendekar Kung Fu. Tak disangka, dalam suatu kompetisi, Po dinobatkan sebagai Pendekar Naga yang dinanti-nantikan kehadirannya untuk melindungi desa dari balas dendam Tai Lung.
Saat menonton film animasi ini, kita seperti diingatkan tentang beberapa hal:
1.The secret to be special is you have to believe you're special. Po hampir putus asa karena tidak mampu memecahkan rahasia Kitab Naga, yang hanya berupa lembaran kosong. Wejangan dari ayahnya-lah yang akhirnya membuatnya kembali bersemangat dan memandang positif dirinya sendiri. Kalau kita berpikir diri kita adalah spesial, unik, berharga kita pun akan punya daya dorong untuk melakukan hal-hal yang spesial. Kita akan bisa, kalau kita berpikir kita bisa. Seperti kata Master Oogway, You just need to believe 2.Teruslah kejar impianmu. Po, panda gemuk yang untuk bergerak saja susah akhirnya bisa menguasai ilmu Kung Fu. Berapa banyak dari kita yang akhirnya menyerah, gagal mencapai impian karena terhalang oleh pikiran negatif diri kita sendiri? Seperti kata Master Oogway, Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, saat ini adalah anugerah, makanya disebut Present (hadiah). Jangan biarkan diri kita dihalangi oleh kegagalan masa lalu dan ketakutan masa depan. Ayo berjuanglah di masa sekarang yang telah dianugerahkan Tuhan padamu.
3. Kamu tidak akan bisa mengembangkan orang lain, sebelum kamu percaya dengan kemampuan orang itu, dan kemampuan dirimu sendiri. Master ShiFu ogah-ogahan melatih Po . Ia memandang Po tidak berbakat. Kalaupun Po bisa, mana mungkin ia melatih Po dalam waktu sekejap. Kondisi ini berbalik seratus delapan puluh derajat, setelah ShiFu diyakinkan Master Oogway -gurunya- bahwa Po sungguh-sungguh adalah Pendekar Naga dan Shi Fu satu-satunya orang yang mampu melatihnya.
Sebagai guru atau orang tua, hal yang paling harus dihindari adalah memberi label bahwa anak ini tidak punya peluang untuk berubah. Sangatlah mudah bagi kita untuk menganggap orang lain tidak punya masa depan. Kesulitan juga acap kali membuat kita kehilangan percaya diri, bahwa kita masih mampu untuk membimbing mereka.
4. Tiap individu belajar dengan caranya sendiri dan motivasinya sendiri. Shi Fu akhirnya menemukan bahwa Po baru termotivasi dan bisa mengeluarkan semua kemampuannya, bila terkait dengan makanan. Po tidak bisa menjalani latihan seperti 5 murid jagoannya yang lain..
Demikian juga dengan setiap anak. Kita ingat ada 3 gaya belajar yang kombinasi ketiganya membuat setiap orang punya gaya belajar yang unik. Hal yang menjadi motivasi tiap orang juga berbeda-beda. Ketika kita memaksakan keseragaman proses belajar, dipastikan akan ada anak-anak yang dirugikan.
5. Kebanggaan berlebihan atas anak/murid/diri sendiri bisa membutakan mata kita tentang kondisi sebenarnya, bahkan bisa membawa mereka ke arah yang salah. Master ShiFu sangat menyayangi Tai Lung, seekor macan tutul, murid pertamanya, yang ia asuh sejak bayi. Ia membentuk Tai Lung sedemikian rupa agar sesuai dengan harapannya. Memberikan impian bahwa Tai Lung akan menjadi Pendekar Naga yang mewarisi ilmu tertinggi. Sayangnya Shi Fu tidak melihat sisi jahat dari Tai Lung dan harus membayar mahal, bahkan
Nyaris kehilangan nyawanya.
Seringkali kita memiliki image yang keliru tentang diri sendiri/anak/murid kita. Parahnya, ada pula yang dengan sengaja mempertebal tembok kebohongan ini dengan hanya mau mendengar informasi dan konfirmasi dari orang-orang tertentu.
6. Hidup memang penuh kepahitan, tapi jangan biarkan kepahitan tinggal dalam hatimu. Setelah dikhianati oleh Tai Lung, Shi Fu tidak pernah lagi menunjukkan kebanggaan dan kasih sayang pada murid-muridnya. Sisi terburuk dari kepahitan adalah kita tidak bisa merasakan kasih sayang dan tidak bisa berbagi kasih sayang.
7. Keluarga sangatlah penting. Di saat merasa terpuruk, Po disambut hangat oleh sang ayah. Berkat ayahnya pula Po dapat memecahkan rahasia Kitab Naga dan menjadi Pendekar nomor satu. Sudahkah kita memberi dukungan pada anggota keluarga kita?
Gak percaya? Nonton lagi yuk!And really ENJOY IT!
Salam sayang dari Ahmad Jazuly buat anda sekalian !
Kelompok mata pelajaran sains antara lain fisika, kimia, biologi dan matematika sebagai kelompok mata pelajaran yang menunjukkan ciri kas jurusan IPAmendapat perhatian lebih oleh banyak siswa dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain seperti Agama, Akhlak Mulia,Kewarganegaraandan Kepribadian.
Sehingga beberapa mata pelajaran yang membentuk watak dan membentuk Akhlak Mulia kurang mendapat perhatian yang cukup. Sementara kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia tidak kalah pentingnya bagi siswa dalam membangun manusia seutuhnya.
Perhatian lebih dari banyak siswa tentang kelompok Sains memiliki alasan yang bervariasi, antara lain kelompok mata pelajaran sains dapat memenuhi kebutuhan siswa dari rasa ingin tahu secara ilmiah, pola pembelajaran sains lebih leluasa menggunakan perkembangan teknologi informasi hingga dapat disajikan lebih menarik, karena adanya tuntutan secara akademik sebagai syarat jurusan bahwa mata pelajaran sains hanya pada batas nilai tertentu saja yang dapat lolos masuk ke jurusan IPA, apalagi banyak siswa berpendapat lulusan jurusan IPA lebih leluasa memilih jurusan di Perguruan Tinggi, makin melengkapi alasan yang membuat tingginya perhatian siswa pada kelompok mata pelajaran sains.
Berdasarkan kecenderungan diatas, beberapa pengajar pada kelompok sains seyogyanya merasa ‘berhutang’ pada kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian. Hutang itu akan ‘lunas’ jika tanggung jawab pembentukan watak bangsa, pendidikan moral siswa, nilai-nilai luhur dan ajaran tentang kebajikan tidak hanya semata-mata dibebankan pada kelompok mata pelajaran Agama, Kewarganegaraan dan Akhlak Mulia saja melainkan tanggung jawab bersama seluruh guru pengajar termasuk kelompok mata pelajaran Sains. Ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang dimuat paa Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003.Sesuai pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)dengan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP)
Perhatian pada pelajaran kelompok sains dan lebih spesifik lagi fisika misalnya, akan lebih mendukung pada proses pembelajaran jika diikuti oleh ketertarikan atau minat yang tinggi, dengan penuh ketulusan, dan keiklasan dalam menerima dan mengikuti mata pelajaran fisika yang tumbuh dalam diri siswa, tidak semata-mata karena kesadaran atas kebutuhannya pada mata pelajaran ini sebagai pemenuhan syarat akademis.
Pada sisi lain kegamangan pada mata pelajaran fisika bagi kebanyakan siswa karena mata pelajaran ini terkesan lugas, kurang menyentuh nurani dan kebutuhan sosial yang lain. Keengganan yang lain adalah fisika sarat dengan rumus-rumus dan angka-angka hingga terkesan sulit. Sebagai salah satu pilihan perlu adanya suatu analogi dengan sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari tentang kebajikan bernafaskan keimanan dan ketaqwaan sebagai bentuk integitas life skill kedalam pelajaran.
Pada sisi lain, fisika sebagai salah satu mata pelajaran sains membentuk pola pikir yang sistimatis, logis dan ilmiah tidak selalu dihargai oleh banyak siswa. Masih banyak terlontar satu pertanyaan: ”Untuk apakah saya belajar fisika jika nanti saya melanjutkan di perguruan tinggi pada jurusan akuntansi, hukum, statistik dan lain-lain”. Alangkah afdolnya jika setelah belajar fisika siswa tidak hanya pintar, trampil, kritis dan memilki berbagai sikap ilmiah yang lain, tetapi juga menghasilkan siswa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, bijak dan menjunjung nilai-nilai kebajikan dalam kehidupannya.
Terbukti pada Hasil Ujain Nasional Tahun Pelajaran 2007/2008 pada jurusan IPA menunjukkan Nilai Rata-rata Fisika 7,57 srdsngkan Nilai rata-rata mata pelajaran yang lain yang di UN-kan lebih dari 8
Pembelajaran di SMA Negei 1 Blitar umumnya masih syarat dengan pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran belum banyak melibatkan Tehnologi Informatika (TI), banyak keluhan yang dirasakan siswa maupun guru dalam pembelajaran fisika. Pertama, siswa merasa sulit memahami apa yang dimaksudkan oleh gurunya. Kedua, siswa tidak dapat melihat langsung apa yang disampaikan gurunya. Ketiga, siswa tidak dapat leluasa memilih materi yang menarik dalam pembelajaran, Keempat, siswa tidak leluasa menentukan kecepatan belajarnya. Kelima, siswa sulit konsentrasi dalam pembelajaran dan tidak puas dengan hasil belajarnya. Dilain pihak permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran fisika, guru sulit menyampaikan materi fisika dengan menarik. Untuk mendemonstrasikan suatu konsep, guru memerlukan banyak waktu dalam kegiatan laboratorium atau studi di luar kelas. Selain itu guru merasa kekurangan waktu dalam pencapaian target kurikulum. Demikian juga, guru sulit melayani pembelajaran siswanya secara individu sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar siswa serta sulit memotivasi siswa hingga mencapai pembelajaran yang bergairah.
Pada awalnya, tidak sedikit siswa-siswi yang merasa stress ketika akan mengikuti pelajaran fisika. Hasil-hasil evaluasi belajarpun menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas pada raport untuk pelajaran fisika seringkali nilai yang terendah dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran yang lainnya. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif tersebut di atas. Kesalahan-kesalahan klasik dalam pembelajaran konvensional yang cenderung dilakukan oleh para guru adalah sebagai berikut: Seringkali, mata pelajaran fisika disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa. Dampaknya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak siswa. Dalam menyampaikan materi, guru kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga banyak siswa merasa sulit untuk memahaminya. Kurangnya variasi dalam pembelajaran serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari. Kurang trampilnya beberapa guru fisika dalam membawakan pelajaran justru memberi kesan fisika itu rumit dan sulit. Selain itu terkesan guru mempersulit, bukannya mempermudah. Kesan ini muncul hingga siswa memandang mata pelajaran fisika dan guru fisika sesuatu yang menakutkan.
Penggunaan ICT pada pembelajaran fisika diharapkan mampu menghilangkan bayangan sulit mata pelajaran fisika, menumbuhkan motivasi siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu diperlukan ketrampilan dalam penggunaan ICT bagi pengajar dan siswa. Konsekuensinya adalah perlu penambahan penyediaan dana, energi dan waktu. Pembelajaran yang melibatkan ICT sudah mewarnai berbagai mata pelajaran dan sekolah. Pembelajaran dengan melibatkan ICT bukan sebuah pilihan lagi, kehadirannya dapat menumbuhkan rasa optimis meningkatkan prestasi belajar fisika, jika sebagian enggan menyambutnya hingga tumbuh rasa pesimis tentang efektifitas pembelajaran fisika dengan ICT, semata-mata hanya kesiapan sarana prasarana yang kurang didukung secara finansial, atau belum siapnya Sumber Dana Manusia (SDM) guru-guru pengajar dan pengelola. Banyak penelitian yang telah membuktikan efektivitas pembelajaran yang melibatkan ICT ditemui pengaruh yang signifikan antara pembelajaran yang mengunakan ICT dengan pristasi belajar siswa, pembelajaran dengan ICT mampu menumbuhkan percepatan dan pengayaan belajar bahkan mampu menumbuhkan suasanakompetisi dengan hasil yang berprestasi dalam pembelajaran fisika.
Penggunaan pembelajaran berbasis ICT dengan anggapan sebagai berikut: Pembelajaran dengan ICT sesuai dengan Paham Belajar Aktif:“Belajar tidaklah cukup dengan mendengar atau melihat saja” Pembelajaran dengan ICT, memungkinkan siswa dapat mendengar, melihat, terapkan, pertanyakan/bahas dengan orang lain, memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar siswa dengan frekwensi yang sesuai. Dengan pembelajaran ICT makin banyak indra pembelajar terlibat dan emosipun leluasa larut dalam pembelajaran hingga memungkinkan pembelajaran bergairah dan lebih bermakna. Minimnya dominasi guru dalam pembelajaran menumbuhkan inovasi dan imajinasi dalam pembelajaran. Urutan materi dan pilihan jenis materi leluasa dipilih siswa memungkinkan tumbuhnya motivasi instrinsik yang akan mempengaruhi intensitas dan efektifitas belajar siswa. Buku dan guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Dengan pembelajaran ICT tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, hingga intensitas dan kedalaman materi belajar merupakan pilihan siswa sendiri, sebanding dengan target dan kompetensi yang ingin dicapainya. Pada pencapaian yang optimal, prestasi belajar siswa akan melesat hingga tidak ada yang mampu membendungnya.
Sering kali beberapa materi sulit difahami oleh siswa secara individu. Tetapi manakala dipelajari bersama dalam kelompok, banyak pemahaman yang terkumpul dalam kelompok hingga konsep dasar tertangkap secara lengkap membangun kompetensi anggota kelompok yang diwadahi dalam belajar bersama yang disebut model pembeljaran Cooperative Learning
Termodinamika sebagian dari materi Fisika yang membicarakan karakter dan gejala pada gas dalam perubahan wujudnya menjadi uasaha mekanik.merlukan emajinasi ilmiah yang tidak sederhana. Untuk memahami karakter, sifat dan gejala gas tidaklah sederhana dalam visualisasinya. Dengan pembelajaran berbasis ICT materi termodinamika dapat disimulasikan dengan baik apalagi jika didiskusikan baik pada kelompok kecil maupun diskusi pada pleno di kelas melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Jika pembelajaran tidak dibatasi waktu, maka diharapkan siswa memiliki kesempatan menyaksikan langsung tanpa simulasi. Tetapi target pembelajaran dibatasi pula dengan waktu, maka pengamatan secara visual dalam simulasi gambar diam dan bergerak relatifmemadai. Kompetensi pada ranah psikomotorik masih dapat diasah dengan adanya sifat interaktif sebagai pembelajaran yang berbasis ICT.
SMA Negeri 1 Blitar memiliki empat layanan pendidikan, masing-masing Reguler, dan program khusus keperbakatan Acceleration, Enricement dan program Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI). Sebagai salah satu upaya dalam peningkatan mutu pendidikan umumnya dan peningkatan prestasi belajar khususnya, pada program keperbakatan, dengan pionir mata pelajaran MIPA, lebih dituntut pembelajaran berbasis ICTserta Cooperatif Learning. Mengingat pada program keperbakatan memiliki fasilitas pendukung ICT yang lebih dibandingkan dengan Reguler.
Pelayanan pendidikan Acceleration (akselerasi) adalah pelayanan pendidikan bagi anak cerdas istimewa dengan ciri kas pembelajaran cepat, dengan ditargetkan lulus SMA dalam kurun waktu dua tahun, dimuati pendalaman dan pengayaan materi, mengakomodasi pembelajaran mandiri dan kreatif sangat sesuai dengan pola ICT Cooperative Learning. Disisi lain terpenuikah mereka akan kebutuhan bersosialisasi, berwawasan kebangsaan, keimanan dan ketaqwaan?
Untuk mengisi kekosongan itu, dengan kelebihan pendekatan Cooperative Learning berbasis ICT yang menggunakan anlogi kebajikan sebagai bagian dari Imam dan Taqwa (IMTAQ) maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas pada program Acceleration dengan judul: ”Peningkatan Prestasi Belajar Termodinamika Melalui Cooperative Learning dengan Media ICT Beranalogi Kebajikan Siswa KelasXI-Acceleration SMA Negeri 1 Blitar”
1.2.Indentifikasi Masalah
Permasasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran fisika materi termodinamika pada kelas XII di SMA Negeri 1 Blitar adalah sebagai berikut,
1.2.1.Kompetensi siswa yang menggambarkan prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika terendah dibadingkan dengan mata pelajaran yang lain, mengkhawatirkan dalam kenaikan kelas dan pemilihan jurusan, memerlukan terobosan dalam pembelajaran.
1.2.2.Pemahaman konsep secara individu lebih menyulitkan siswa dibanding pembelajaran berkelompok dalam model cooperative learning
1.2.3.Pemahaman konsep-konsep Fisika dirasa siswa kurang sederhana hingga perlu pembelajaran life skill melalui analogi kebajikan sebagai bagian dari Imtaq yang umumnya masih dapat dijangkau banyak guru.
1.2.4.Adanya tuntutan perkembangan pelayanan pendidikan di SMAN 1 Blitar antara lain Acceleration danRSBI khususnya dengan target berwawasan global menuntut pembelajaranberbasis ICT.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan indentifikasi masalah diatas, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.3.1.Bagaimanakah cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikandapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika pada kelasXI AccelerationSemester 2 di SMA Negeri 1 Blitar.
1.3.2.Bagaimanakah cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikandapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika pada kelasXI AccelerationSemester 2 di SMA Negeri 1 Blitar.
1.4.TujuanPenelitian
Setelah menangkap permasalahan yang ada di kelas merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan dan evaluasi dengan tujuan untuk:
1.4.1.Meningkatkan aktivitas belajar siswa melaui cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikanpada pembelajaran Termodinamika kelasXI Acceleration Semester 2 di SMA Negeri 1 Blitar
1.4.2.Meningkatkan prestasi belajar siswa melaui cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikanpada mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika pada kelasXI Acceleration Semester 2 di SMA Negeri 1 Blitar.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1.Bagi peneliti merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk menemukan teknik yang tepatyang dipakai dalam proses belajar mengajar Fisika Pokok Bahasan Termodinamika.
1.5.2.Bagi guru mata pelajaran Fisika SMA, Model cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan menjadi bahan masukan yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan yang karakteristiknya sesuai.
1.5.3.Bagi siswa : Model cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan akan memberikan pengalaman untuk menyampaikan ide, bertukar pendapat, memupuk rasa percaya diri, meningkatkan wawasan tehnologi informasi, menumbuhkan kepekaan sosial dan memupuk nilai-nilai kebajikan, serta leluasa memilih dan menggali materi pelajaran sehinggaprestasi siswa akan meningkat.
1.5.4.Bagi sekolah sebagai pelengkap data untuk menentukan arah kebijakan tentang peningkatan kompetensi guruakan model-model pembelajaran kooperatif dengan analogi kebajikan.
1.6.Hipotesis Tindakan
Jika cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan diterapkan, maka diduga dapat meningkatkan:
1.6.1.Aktivitas pembelajaran Termodinamika mata pelajaran Fisika siswa kelasXI Acceleration di SMA Negeri 1 Blitar.
1.6.2.Prestasi belajar Termodinamika mata pelajaran Fisika siswa kelasXI Acceleration di SMA Negeri 1 Blitar.
1.7.Ruang Lingkup
Penelitian ini terbatas perlakuannya baik tema penelitian, kompetensi, subyekprogram pelayanan pembelajaran dan lokasi.
1.7.1.Subyek penelitian adalah guru dan kolaborator pada mata pelajaran fisika serta siswa kelasXI-Acceleration di SMA Negeri 1 Blitar Semester 2 Tahun 2008
1.7.2.Materi pelajaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah KD Termodinamikadengan Stándar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 9. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor
Kompetensi Dasar: 9.2 Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika
1.7.3.Proses dan hasil belajar yang diamati/diukur dalam penelitian ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menggunakan instrumen tes tulis dan pengamatan yang dilengkapi lembar observasi
1.7.4.Media pembelajaran dalam CD pembelajaran interaktif berisi materi termodinamika dan latihan soal berbentuk powerpoint dan pengembangan penggalian materi dengan mengakses situs internet.
1.8.Definisi Operasional
1.8.1.Pembelajaran dengan analogi kebajikan adalah pembelajaran yang terprogram dan dilaksanakan bernuansa Imam dan Taqwa berlaku secara umum dengan cara dianalogikan dengan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari namun tetap beroreantasi pada Stanar Kompetensi suatu Mata Pelajaran.
1.8.2.Cooperative Learning dengan media ICT beranalogi kebajikan adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut dengan melibatkan media interaktif dengan memanfatkan kecanggihan Tehnologi Informasi dan Komunikasi berupa CD pembelajaran interaktif, internet dan lain-lain
1.8.3.Prestasi belajar dimaksudkan sebagai hasil belajar peserta didik setelah melakukan serangkaian pembelajaran baik terstruktur maupun tugas mandiri diteruskan dengan melaksanakan evaluasi yang diekspresikan dalam nilai hasil belajar pada mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika.
1.8.4.Program pelayanan Acceleration adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki siswa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk siswa lainnya, pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan efektif, waktu belajar lebih cepat dari pada reguler, dengan target lulus SMA dua tahun.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Aktivitas dan Prestasi Belajar
2.1.1.Aktivitas Belajar
Pada mata pelajaran yang menurut siswa sulit atau menyulitkan, kebanyakan membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar. Pada pemenuhan kebutuhannya manusia memiliki tingktan kebutuhan kebutuhan sebagai berikut: physiological needs, safety needs, belongeness and love needs, esteem needs and needfor self actualization (Maslow, 1970). Proses pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan aktivitas peserta didik dalam upaya mendapatkan kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik lebih banyak ditentukan oleh lingkungan siswa. Dalam hal ini di kelas adalah guru, maka gurulah yang harus pandai-pandai menggerakkan siswa dalam aktivitas belajar yang bermakna melalui perencanaan yang matang, memilih model-model pembelajaran yang tepat pada setiap kompetensi yang memiliki karakter berbeda.
2.1.2.Prestasi Belajar
Selain kualitas dan kuantitas proses aktivitas siswa yang bermakna, keberhasilan pembelajaran lebih mudah dilihat dari hasil belajarnya, Model pembelajaran yang tepat akan merangsang tumbuhnya frekwensi aktivitas belajar peserta didik sekaliguskan akan mendongkrak prestasi belajar.
13
Setiap peserta didik selalu mengharapkan mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan, tetapi manakala pembelajaran di kelas tidak menarik, materi terasa sulit, maka makin sulit mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan. Gab yang timbul antara keinginan berprestasi dalam belajar dengan prestasi hasil belajar yang dicapai merangsang guru meninjau ulang pembelajarannya dan mencari solusi pola dan model pemebelajaran baru yang lebih efektif, kondusif menyenangkan dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain frekwensi aktivitas belajar juga bentuk aktivitas belajar menentukan peningkatan prestasi dan jenis penguasaan kompetensi. Aktivitas yang melibatkan dalam suatu diskusi kelompok misalnya tidak hanya meningkatkan aspek akademis mata pelajaran itu tetapi juga dapat menumbuhkan berbagai kompetensi lain, misalnya: menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan kemampuan berkomunikasi, menumbuhkan rasa toleransi, suka menolong dan berkompetisi sehat.
2.2.Cooperative Learning dengan Media ICT
2.2.1.Cooperatif Learning
"Cooperative Learning” mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (hamid hasan, 1996).Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh aanggota kelompoknya.Jadi belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson, et al., 1994, Hamid Hasan, 1996). Sedangkan Slavin (1984) mengatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pada dasarnya Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model Cooperative Learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang efektif diantara anggota kelompok (Salvin, 1983; Stahl, 1994). Disamping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl (1994) mengatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.Model pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat, yaitu “getting better together” atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama” (Salvin, 1992).
Keberhasilan belajar menurut model belajaar ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman mahasiswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.
Model belajar Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secaara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan belajar.Cooperative Learning is more effective in increasing motive and performance students (Michaels, 1977).Model belajar Cooperative Learning mendorong peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran, karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan dan merumuskan alternative pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam pembelajaran dangan menggunakan modelCooperative Learning, pengembangan kualitas diri siswa terutama aspek afektif mahasiswa dapat dilakukan secara bersama-sama.Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif (Hamid hasan, 1996; Kosasih, 1994).Suasana belajar berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan moral, serta ketrampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Secara umum, pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya.Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi; saling membagi pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan; serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar.Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekat untuk sukses dalam belajar.Hal ini terjadi karena dalam Cooperative Learning siswa diberikan kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki dari berbagai anggota kelompok belajar lainnya dan guru.
Suasana belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesame anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik.Proses pengembangan kepribadian yang demikian, juga membantu meraka yang kurang berminat menjadi bergairah dalam belajar (Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1992;Stahl,1994).Siswa yang kurang bergairah dalam belajar akan dibantu siswa lain yang mempunyai gairah lebih tinggi dan memiliki kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru.Guru dengan kedudukannya sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan Cooperative Learning.Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut menurut Stahl (1994), adalah sebagai berikut:
oPerumusan tujuan belajar siswa harus jelas
oPenerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
oKetergantungan yang bersifat positif
oInteraksi yang bersifat terbuka
oTanggung jawab individu
oKelompok bersifat heterogen
oInteraksi sikap dan perilaku sosial yang positif
oTindak Lanjut (foolow Up)
oKepuasan dalam belajar
Langkah-langkah dalam penggunaan model Cooperative Learning secara umum (Stahl, 1994;Salvin, 1983)dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:
2.2.1.1.Merancang rencana program pembelajaran.
Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.Disamping itu guru menetapkan sikap dan ketrampilan sosial yang diharapkan dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran.Guru merancang program pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil.Artinya, bahwa materi dan tugas-tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama dalam dimensi kerja kelompok.Untuk memulai pembelajarannya, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta ketrampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran.Hal ini mutlak harus dilakukan oleh guru, karena dengan demikian siswa tahu dan memahami apayang harus dilakukannya selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.2.1.2.Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan
Untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.Dalam menyampaikan materi, guru tidak lagi menyampaikan materi secara panjang lebar, karena pemahaman dan pendalaman materi tersebut nantinya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok.Guru hanya menjelaskan pokok-pokok materi dengan tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan.Pada saat guru selesai menyajikan materi, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah dibelajarkan.Hal ini dimaksudkan untuk mengondisikan kesiapan belajar siswa.Berikutnya guru membimbing siswa untu membuat kelompok.Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.Kegiatan ini dilakukan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya masing-masing.Pada saat siswa belajar secara berkelompok, maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya.
2.2.1.3.Guru melakukan observasi terhadap kegiatan siswa,
Guru melakukan observasi terhadap kegiatan siswa mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.Pemberian pujian dan kritik membangun dari guru kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada saat siswa bekerja dalam kelompoknya.Disamping itu pada saat kegiatan kelompok berlangsung, ketika siswa terlibat dalam diskusi dalam masing-masing kelompok, guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual maupun secara kalsikal.
2.2.1.4.Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Pada saat kegiatan ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atah hasil kerja yang telah ditampilkannya.Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran, dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap serta perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.Disamping itu, pada saat tersebut, guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatih oleh siswa.Dalam melakukan refleksi diri ini, guru tetap berperan sebagai mediator dan moderator aktif.Artinya, pengembangan ide, saran dan kritik terhadap proses pembelajaran harus diupayakan berasal dari siswa kemudian barulah guru melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran, dan kritik yang berkembang.
Untuk lebih jelasnya, mekanisme pembelajaran dengan cooperaative learning secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
”Mekanisme Pembelajaran dengan Model Cooperative Learnig”
(David Hornsby,1981)
PROGRAM
PEMBELAJARAN
TARGET PEMBELAJARAN
1.Penguasaan Materi
2.sikap dan ketrampilan sosial
Perencanaan
Pembelajaran
PEER TUTOR
(TUTOR TEMAN SEBAYA)
Belajar
Kolaboratif
Pemberian hadiah dan kritik siswa
Gambar 2.1. Mekanisme Pembelajaran Model Cooperative Learning
2.2. 2.Pembelajaran Berbasis ICT
2.2.2.1.Pengertian ICT
ICT atau TIK terdiri dari kata informasi, komunikasi dan.teknologi. Masing masing kata tersebut dimaksudkan sebagai berikut:
oInformasi berupa data tetulis, gambar diam, gambar gerak, bunyi, gravik,suasana dan lain-lain yang tersimpan dalam suatu perangkat keras pada memori komputer, harddisc, memoricard, disckhet, flasdisc, keping CD, keping VCD yang digerakkan dengan program suatu perangkat lunak dalam sistem di komputer
oKomunikasi ialah proses saling menghantar dan menerima informasi
oTeknologi ialah suatu sistem bagi manusia untuk mendapat kemudahan memenuhi keperluannya
ICT dalam pembelajaran adalah suatu cara dalam proses menghantar dan menerima informasi pelajaran berupa tulisan, gambar,bunyi, video dan lain-lain dengan lebih jelas, cepat dan mudah.
2.2.2.2.PermasalahanUmum Penggunaan ICT
Kita mungkin malu mengakui bahwa Negara kita Indonesiasangat tertinggal jauh dari negara lain dalam bidang Teknologi Informasi bahkan pada skala kecil misalnya Asia Tenggara.Kita tidak mampu berbicara banyak tentang bidang yang satu ini bahkan mungkin juga untuk bidang-bidang yang lain. Singapura dengan jumlah penduduk yang sangat kecil dibanding Indonesia dengan luas wilayah yang tak lebih besar dari pulau Jawa mampu menempatkan diri sebagai "Raksasa Teknologi Informasi" di Kawasan Asia Tenggara. Pertanyaan yang sangat manusiawi muncul "dimana Indonesia?". Kita masih tertinggal jauh. Padahal Sekolah Tinggi, Akademi bahkan Universitas yang berbasis ICT menjamur di negara kita, tetapi apa yang telah diperbuat?. Dengan kualifikasi yang mereka miliki seharusnya kita tidak ragu untuk menggantungkan harapan dalam upaya peningkatan Indonesia dalam dunia ICT.
Jika kita memiliki SDM yang sedemikian hebatnya?, lalu di mana permasalah yang paling fundamental?. Menurut survey, Indonesia adalah negara dengan tarif layanan internet termahal di dunia, jika demikian bagaimana ICTdi negeri ini bisa memasyarakat jika yang mengkonsumsi simbol perkembangan ICT ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan elite. Bahkan yang paling menyedihkan, provider penyedia jasa internet itu bukan lagi murni milik Indonesia tetapi telah terjual dan dimiliki oleh pihak asing. Tentu saja jika demikian kondisinya, orientasinya bukan untuk memasyarakatkan ICT tetapi bagaimana menarik keuntungan sebanyak mungkin. Pemerintah seharusnya peduli dengan permasalahan ini dengan menyiapkan perangkat hukum yang jelas untuk berupaya menumbuhkembangkan ICTdi negeri ini. Perangkat hukumitu seharusnya mampu memberikan peluang kepada anak negeri untuk mengakses internet seluas-luasnya, memberi peluang kepada pengusaha untuk mencipta sendiri perangkat keras dan perangkat lunak untuk mendukungnya. Jika demikian adanya, maka negara kita tak lagi menjadi konsumtif tetapi kita berharap menjadi produsen. Ketika itu terjadi, Indonesia akan tercatat sebagai negara dengan ICTyang diperhitungkan di dunia.
2.2.2.3.Pembelajaran Fisika dengan ICT
PenggunaanICT dalam pengajaran dan pembelajaran adalah salah satu inovatif pembelajaran. Aspek pengajarannya dengan ICT melibatkan guru dan melibatkan murid pula.
Pembelajaran fisika dengan ICT banyak sekali ragam dan pilihannya seperti yang diulas pada sub pembelajaran ICTantara lain:
2.2.2.3.1.Membawakan materi pembelajaran fisika oleh guru dengan presentasi powerpoint, flas, film maupun program animasi yang lain; memungkinkan siswa dapat menangkap konsep, sistimatis materi, dll. Setelah dibawakan, softfile materi presentasi diberikan kepada seluruh siswa melalui flasdisc atau dibackup dalam CD, sehingga siswa dapat mengulang-ulang diforum atau tempat lain dengan frekwensi sebading dengan kemampuan dan target kompetensi yang ingin dicapainnya.
2.2.2.3.2.Presentasi yang dilakukan guru diatas juga dapat dilakukan siswa saat menerima tugas dari guru untuk memaparkan di depan kelas, sehingga anak dapat mendemontrasikan mengekspresikan ketrampilan dan kompetensi yang telah dicapainnya. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara individu atau kelompok, tergantung pada durasi perencanaan waktu yang dialokasikan untuk kompetensi dasar itu.
2.2.2.3.3.Menggali materi pelajaran fisika melalui Internet sekolah, di rumah atau pun di warnet, saat mendapat tugas dari gurunya, atau inisiatif siswa sendiri. Saat mengakses internet siswa mendapatkan materi yang hampir tidak terbatas. Baik yang positif maupun yang negatif.
2.2.2.3.4.Menggali informasi dari Intranet. Suatu jaringan terbatas di Sekolah ynga isinya khusus materi pelajaran dan informasi-informasi sekolah. Jika guru-guru disekolah itu telah aktif mengisi materi-materi yang lengkap sesuai kurikulum di Sekolah itu, maka penggunaan waktu belajar siswa sungguh efektif dan efisien.
2.2.2.3.5.Mempelajari CD atau DVD pembelajaran yang dibelikan oleh sekolah dari tenaga ahli yang menyusunnya. Siswa akan mendapati pembelajaran yang menarik, luas dan mendalam.
2.3.Mata Pelajaran Fisika SMA
Fisika dalam Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam" adalah sainss atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika.
Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sainss lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan pemerian dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni fisika matematis, yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomenaalam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
1.Tujuan
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1)Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2)Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapa bekerjasama dengan orang lain
3)Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4)Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif da deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaska berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupu kuantitatif
5)Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.Ruang Lingkup
Mata pelajaran Fisika di SMA/MA merupakan pengkhususan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1)Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang elektromagnetik
2)Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika
3)Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik da arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, radioaktivitas.
3.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X, Semester 1
1)Menerapkan konsep besara fisika dan pengukurannya
oMengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
oMelakukan penjumlahan vektor
2)Menerapkan konsep dan prinsi dasar kinematika dan dinamik benda titik
oMenganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan
oMenganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan
oMenerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
Kelas X, Semester 2
1)Menerapkan prinsip kerja alat-ala optik
oMenganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif
oMenerapkan alat-alat optik dalam kehidupan sehari-hari
2)Menerapkan konsep kalor da prinsip konservasi energi pad berbagai perubahan energi
oMenganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
oMenganalisis cara perpindahan kalor
oMenerapkan asas Black dala pemecahan masalah
3)Menerapkan konsep kelistrika dalam berbagai penyelesaia masalah dan berbagai produ teknologi
oMemformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop)
oMengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari
oMenggunakan alat ukur listrik
4)Memahami konsep dan prinsi gelombang elektromagnetik
oMendeskripsikan spektrum gelombang elektromagnetik
oMenjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik pada kehidupan seharihari
Kelas XI, Semester 1
1)Menganalisis gejala alam da keteraturannya dalam cakupa mekanika benda titik
oMenganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor
oMenganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukumhukum Newton
oMenganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan
oMenganalisis hubungan antara gaya dengan gerak getaran
oMenganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum kekekalan energi mekanik
oMenerapkan hukum kekekalan energi mekanik untuk menganalisis gerak dalam kehidupan sehari-hari
oMenunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan msalah tumbukan
Kelas XI, Semester 2
1)Menerapkan konsep dan prinsi mekanika klasik sistem kontin dalam menyelesaikan masalah
oMenformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar
oMenganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2)Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor
oMendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik
oMenganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika
Kelas XII, Semester 1
1)Menerapkan konsep dan prinsi gejala gelombang dala menyelesaikan masalah
oMendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum
oMendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya
oMenerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi
2)Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi
oMemformulasikan gaya listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik, energi potensial listrik serta penerapannya pada keping sejajar
oMenerapkan induksi magnetik dan gaya magnetik pada beberapa produk teknologi
oMemformulasikan konsep induksi Faraday dan arus bolak-balik serta penerapannya
Kelas XII, Semester 2
1)Menganalisis berbagai besaran fisis pada gejala kuantum dan batas-batas berlakunya relativitas Einstein dalam paradigma fisika modern
oMenganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup hakikat dan sifat-sifat radiasi benda hitam serta penerapannya
oMendeskripsikan perkembangan teori atom
oMemformulasikan teori relativitas khusus untuk waktu, panjang, dan massa, serta kesetaraan massa dengan energi yang diterapkan dalam teknologi
2)Menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
oMengidentifikasi karakteristik intiatom dan radioaktivitas
oMendeskripsikan pemanfaatan radoaktifdalam teknologi dan kehidupan sehari-hari
2.4.Analogi Kebajikan Dalam Pembelajaran
2.4.1.Muatan Imtaq dalam Pembelajaran
Sesuai dengan pernyataan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia. Pada dasarnya tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia dengan penguasaan wawasan ilmu dan keterampilan penerapan teknologi,peningkatan kualitas manusia dalam hal intelektual dan ketaqwaan.
Jangan sampai perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat pesat tanpa diikuti kesiapan kemampuan dan ketrampilan penguasaan teknologi dan pendewasaan metal spiritual sebagai filter budaya yang merangsak dahsyat. Jika tidak akan dirasakan dampaknya berupa krisis ekonomi yang berkepanjangan, disintegrasi bangsa, kelangkaan lapangankerja, krisis sosial dan moral, dan penyalahgunaan narkoba. Keunggulan sumber daya manusia berupa aspek moral dan ketaqwaan, penguasaan ilmu pengetahuan danteknologi, keterampilan, keuletan, keberanian, dan semangat kebangsaan akan mampumengatasi berbagai muti kritis yang mengancam. Pembelajaranberbasis ICT yang bernuansa IMTAQ diharapkan mampu menepis kekawatiran itu.
Gejala yang berkembang dalam masyarakat sekarang memisahkan antara religi atau nilai-nilai keyakinan dengan nilai-nilai yang ada dalan sainss, hanya mementingkan salah satu daripada memadukan keduanya. Seperti yang dikemukakan oleh Dewey dalam Ghulam Haider Aasi: “Theproblem of restoring integration and cooperative between man’s beliefs about the world in which he lives and his beliefs about the values and purposes that should direct his conduct is the deepest problem of modern life.”
Bahan Ajar yang berbasis ICTyang bernafaskan IMTAQ adalah bahan ajar yang memberikan kecenderungan pembentukan peserta didik memiliki minimal dua elemen dasar yang selayaknya terbentuk saling mendukung secara erat dan kokoh, yaitu antara penguasaan elemen sainss (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan elemen moral, etika, atau akhlak. Bahan ajar berbasis ICT bernafaskan kebajikan adalah bentuk penyederhanaan dari muatan IMTAQ, tidak hanya terbatas pada guru sainss yang menguasai ilmu agama, tanpa mengurangi maknanya, tetapi masih dapat dijangkau, disiapkan dan dilakukan oleh banyak guru sainss, tetapi masih mampu menjangkau.
2.4.2.Analogi Kebajikan dalam Pembelajaran Termodinamika
Analogi Kebajikan dalam pembelajaran Termodinamika dapat dipandang dari dua sisi, sebagaistregi pembelajaran dalam pencapaian kompetensi setelah mengikuti pembelajaran Termodinamika, dan sebagai muatan pendidikan sebagai upaya keikutsertaaan guru sainss dalam pembentukan moral siswa dalam membentuk sikap mental yang positif; peduli sesama dan peduli lingkungan.
Termodinamika sebagian dari materi Fisika yang dipelajari siswa pada kelas XI jurusan IPA akhir Semester 2.Jika pada program Reguler bulan September-Oktober umumnya membahas materi kelas XI-IPA pertengahan Semester 1, sedangkan pada XI-IPA.Acceleration pada bulan itu pembahasan materi pada Termodinamika sebagai materi akhir Semester 2.
Termodinamika cabang ilmu di Fisika yang mempelajaritentang kalor yang tersimpan dalam gas berupa energi dalam dan berpindah hingga berubah dalam usaha mekanik. Lebih lanjut berkembang hingga pengaruh besaran suhu dan kalor pada sifat-sifat zat serta teori kinetik gas.
Gas yang diyakini ada tidak selalu dapat diamati langsung secara kasat mata. Keberadaan gas lebih dimengerti pada gejala yang ditimbulkannya. Pembelajaran yang melibatkan life-skilll dalam bentuk sederhana diharapkan mampu mengatasi kepelikan termodinamika ini. Dengan analogi pada pengalaman sehari-hari secara khusus iman dan taqwaatau lebih sederhana dianalogikan dengan nilai-nilai kebajikan pada kehidupan sehari-hari diharapkan dapat memahami sifat, karakter dan gejala-gejala gas pada termodinamika.
a. Materi 1: Hukum I Termodinamika
Q = DU + W
ANALOGI BESARAN
Q
DU
W
TERMOINAMIKA
Kalor yang diterima gas
Kenaikan Energi Dalam gas
Usaha yang dilakukan oleh gas
KEBAJIKAN
Rejeki diterima seseorang
Kekayaan
Berbuat untuk sesama
1)Proses Isobarik/ Tekanan Tetap
Q = DU + W
Makna Fisika: Kalor yang diserap gas (Q) digunakan untuk menambah Energi Dalam gas (DU) dan melakukan Usaha (W)
Makna Kebajikan: Rejeki yang diterima seseorang(Q) akan digunakan untuk menambah kesejahteraan (DU) dan berbuat kebaikan menolong sesama (W)
2)Proses Isotkorik/Tekanan Tetap
W = 0sehinggaQ = DU
Makna Fisika: Gas tidak melakukan Usaha (W=0).Kalor yang diserap gas (Q) digunakan hanya untuk menambah Energi Dalam gas (DU)
Makna Kebajikan: Rejeki yang diterima seseorang(Q) semata mata hanyadigunakan untuk menambah kesejahteraan atau kekayaan pribadi (DU) dan tanpa pedulipada kehidupan lingkunga tidak pernah berbuat kebaikan menolong sesama (W=0)
3)Proses Isotermis/ Temperatur Tetap
DU = 0sehinggaQ = W
Makna Fisika: Kalor yang diserap gas (Q) semata mata digunakan hanya untuk melakukan usaha, Energi Dalam gas tetap (DU=0)
Makna Kebajikan: Rejeki yang diterima seseorang (Q) semata mata hanyadigunakan untuk berbuat kebaikan menolong sesama pedulipada lingkunga(W) tanpa menambah kesejahteraan pribadi (DU=0)
4)Proses Adiabatis
Q = 0sehinggaW = - DU
Makna Fisika: Gas tidak menerima kalor (Q=0), Usaha yang dilakukan gas dengan mengurangi energi dalamnya (DU < 0)
Makna Kebajikan: Baik keadaan berkecukupan atau tidak atau tidak mendapat rejeki sekalipun (Q=0) sebaiknya seseorang tetap peduli pada lingkungan, tetap berbuat kebajikan (W +), bila perlu sedekah atau mengurangi kekayaannya (DU < 0)
b.Materi 2: Efisiensi Mesin Kalor
Q1 = W + Q2
Makna Fisika:
Untuk menyatakan sebuah mesin kalor efisien atau kurang efisien, dapat dinyatakan dengan bilangan efisiensi mesin (h). Sebesar berapakah usaha yang dilakukan gas (W) dibandingkan dengan kalor yang diserapnya(Q1). Mesin kalor yang baik adalah yang memiliki efisiensi besar.
Nilai Kebajikan
-Berapa besarkah yang telah kita perbuat pada sesama (W), pada negara, pada sekolah, pada keluarga dan sebagainya. Dibandingkan dibandingkan dengan cinta kasih Tuhan yang diterima umatNya (Q1) atas ridhoNya pada mkluknya untuk menikmati segala kelebihan di alam ini
-Berapa besarkah yang telah kita perbuat pada orang tua (W) dibandingkan dengan kasih sayang yang kita terima dari mereka (Q1)
-Berapa besar sumbangsih kita pada negara (W), dibandingkan dengan fasilitas belajar, pelayanan pendidikan dan pembelajaran dari bapak ibu Guru disekolah, dibandingkan dengan fasilitas dan kenyamanan yang kita terima dari suatu negara yang merdeka
-Tinggi rendahnya derajat manusia didepan Tuhan tidak dari kekayaannya atau rejeki yang diterimanya (Q1) atau harta yang dihamburkannya (Q2) melainkan seberapa besarIbadahnya (h), seberapa besar berbuat kebajikan (W)
c.Materi 3: Efisiensi Mesin Pendingin
Materi Fisika
Manusia tidak mungkin mampu membuat mesin pendingin yang bekerja untuk memindahkan kalor dari reservoir suhu tinggi ke reservoir suhu rendah tanpa adanya usaha dari luar.
Selalu menambahkan kerja W pada sistim, yang nantinya berubah menjadi kalor dan keluar bersama dengan Q1 memanasi lingkungan sebesar Q2.
Q2 = Q1 + W
Muatan Imtaq :
Manusia untuk menikmati ke nyamanan pada suatu ruangan dingin dengan mengambil kalor (Q1) dari ruangan itu masih tega dengan memanasi saudara-saudaranya yang berada diluar ruang denga jumlah panas yang lebih besar (Q2). Kenyamanannya tidak sebanding dengan kesengsaraan yang diterima likungannya, sungguh tidak adil. Bagaimanakah sikap kita untuk memepertanggung jawabkan gejala ini?
d.Materi 4: Hukumkedua Termodinamika tentang Intropi (Cadangan Siklus)
Makna Fisika :
-Entropi adalah suatu ukuran banyaknya energi kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha (Rudolf Clausius)
-Pada mesin Carnot (mesin kalor dengan efisiensi maksimum):
atau
-Perubahan entropi dirumuskan
Pada mesin Carnot sebagai mesin ideal (yang hanya ada di angan angan saja) sebagai contoh proses reversibel, mesin yang mengambil sejumlah kalor setiap kelvin dari lingkungan dikembalikan lagi ke lingkungan sama besar
+
Pada proses reversibel tidak mengubah entropi jagat raya. Pada proses reversibel total intropi noltidak memanasi jagat raya. Manusia tidak berdaya untuk mewujudkannya.
Pada mesin Carnot sebagai mesin ideal (yang hanya ada di angan angan saja) sebagai contoh proses reversibel, mesin yang mengambil sejumlah kalor setiap kelvin dari lingkungan dikembalikan lagi ke lingkungan sama besar
+
Makna Kebajikan
Pada seluruh proses mesin kalor maupun mesin pendingin yang dibuat oleh manusia selalu berupa proses ireversibel, kalor setiap kelvin yang diberikan pada lingkungan selalu lebih besar dari pada kalor per kelvin yang diserap dari lingkungan, akibatnya total intropi jagat raya selalu lebih besar dari pada nol hingga mengubah entropi jagat raya. Pada proses ireversibel memanasi jagat raya. Manusia tidak berdaya untuk menghindarinya. Inilah kesalahan yang terus menerus dilakukan manusia pada alam.
-Marilah kita belajar terus menerus untuk mampu mengurangi kesalahan ini dengan menciptakan mesin efisiensi lebih sempurna. Dan berlomba kebajikan sebagai kompensasinya
2.5.Pelayanan Pembelajaran Acceleration
Pelayanan Pembelajara Acceleration juga disebut program kselerasi adalah suatu pemberian pelayanan pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh siswa dengan memberi kesempatan pada mereka untuk menyelesaikan studinya lebih singkat dibandingkan dengan regular. Program ini cocok bagi siswa bertipe “accelerated leaner”
Sebagai pembanding program ini adalah Enrismen (Enrichment), yaitu suatu program pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa dengan menyediakan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman setelah siswa-siswa yang lain menyelesaikan tugas-tugas yang lain yang diprogramkan. Program ini cocok untuk siswa yang bertipe enrichted leaner”.
Baik program pelayanan Acceleration maupun program pelayanan Enrichment kedunya membutuhkan pengayaan, perluasan dan pendalaman materi, sehingga dalam memilih model pembelajaran yang efektif menyesuaikan dengan karakteristik siswa yang relative lebih berbakat, supaya memiliki keleluasaan waktu saat memberikan pengayaan. Pembelajaran kedua program ini cenderung berbasis ICT
Pembanding yang lain yang ada pada sekolah peneliti adalah program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI). Suatu pelayanan pendidikan yang dibina dengan dana komite sekolah dan bantuan dari pusat melalui Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat pembinaan SMA mulai tahun 2007. Bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berstandart nasional dan internasional sekaligus. Dengan pembelajaran khususnya Matematika dan IPA dilaksanakan teamtheaching dengan pengantar bilingual (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) pembelajaran berbasis ICT. Menggunakan kurikulum nasional + X. Di SMA Negeri 1 Blitar menggunakan KTSP SMA Negeri 1 Blitar ditambah adaptasi dan adopsi kurikulum Cambridge. Pada akhir level tertentu dilanjutkan dengan sertifikasi Cambridge untuk MIPA.
Acceleration sebagai program pelayanan di SMA Negeri 1 Blitar yang mirip dengan target RSBI tetapi target lulus lebih cepat, didanai secara mandiri oleh komite sekolah dan penyederhanaan program pada bahasa pengantar.
BAB III
METODEPENELITIAN
3.1.Perencanaan Penelitian
3.1.1.Refleksi Awal
Siswa kelas XIAcceleration menuntut pengayaan pembelajaran dengan cara pembelajaran yang efektif, supaya leluasa memiliki keleluasaan waktu untuk pengayaan. Program Acceleration menuntut penguasaan global dengan leluasa menggali informasi, tidak hanya tergantung pada keterbatasan penguasaan guru. Materi termodinamika menuntut suatu pembelajaran visual langsung atau tidak langsung yang dapat diamati anak dalam bentuk gambar bergerak Dengan pembelajaran berbasis ICT diharapkan dapat memenuhi target-target itu.
Sarana prasarana penunjang media yang memadai, dengan jumlah siswa Acceleration yang terbatas hanya 24 siswa dan input siswa yang relatif tinggi memungkinkan untuk meberikan suatu pembelajaran cooperative learningdengan media ICT analogi kebajikan, dengan harapan makin berkembangnya potensi akademis, relegius dan sosial siswa, perhatian guru pada siswa lebih dapat menghargai perbedaan individu.
Rancangan penelitian deskriptif kualitatif, lebih khusus juga di sebutrancangan Penelitian Tindakan Kelas (Latif :2003). Penelitian ini berusaha mengkaji, merefleksi secara teoritis dan kolaboratif penggunaan pembelajaran cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan dalam peningkatkan prestasibelajar dan aktivitas belajar siswa pada materi termodinamika yang ada pada mata pelajaran Fisika siswa Kelas XI-Acceleration Semester 2 SMAN 1 Blitar.
3.1.2.Identifikasi masalah:
Lebih spesifik, dari pengamatan pada siswa kelas XI Acceleration teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
oDengan melihat dokumen nilai Fisika pada semester sebelumnya dan didapatkan dokumen sebagai berikut : hanya5%s/d10%siswa yangdapat menguasai 75%dari materi yang disampaikan oleh guru.
oHasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan teman guru Fisika tentang proses pembelajaran yang selama ini dilakukan, dan di temukan bahwa proses pembelajaran selama ini tidak efektif karena selalu menggunakan teknik yang konvensional sehingga tidak mampu membangkitkan motivasi belajar yang tinggiyang pada akhirnya prestasi siswa pada mata pelajaran Fisika di kelas XI-Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar rendah.
oTidak ada upaya yang inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas XI-Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar
3.2.Latar dan Subyek Penelitian
3.2.1.Setting Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas XI-AccelerationSMA Negeri 1 Blitar. Dengan anggota kelas 24 siswa. Sebagai sekolah tertua dan difavoritkan di kota Blitar. Sekolah dengan 30 rombongan belajar dengan program layanan belajar 4 macam yakni;
-Program Reguler 20 rombel, setiap tingkat ada 6 s.d. 8 rombongan belajar rata-rata 36 siswa rombongan belajar.
-Program RSBI tahun pertama 1 rombel @ 24 siswa dan angkatan kedua 2 rombongan belajar @ 24 siswa yang telah diakui oleh Direktorat Jendral Menengah pembinaan SMA, sebagai salah satu SMA RSBI diantara 198 SMA RSBI se Indonesia.
-Program layanan keperbakatan Acceleration ada 2 rombongan belajar, pertingkat 1 rombongan belajar @ 24 siswa, diakui dan dibina oleh dinas Pendidikan Luar Biasa Dinas P dan K propinsi Jawa Timur.
-Program layanan Enrishment ada 4 rombongan belajar @ 24 siswa, pada tingkat X hanya 1 rombel dengan jumlah siswa 24 orang.
Waktu Penelitian: Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada bulanJuli 2008 sampai dengan bulan September 2008. Menggunakan jadwal yang ada, tanpa menggangu kegiatan pembelajaran.
Lokasi sekolah di tengah kota Blitar berada di jalan protokol. Luas areal sekolah 5,1 ha, fasilitas olahraga memadai, dengan kwalitas standart antara lain Tenis Lapangan, Bulu Tangkis, Basket, Bola Voli, Sepak Bola, Tenis Meja. Memiliki Mushola, Laboratorium Bahasa 1 ruang , Fisika 1 ruang, Biologi 1 ruang, Lab Kimia 1 ruang, Lab multi media 1 ruang, halaman upacara didepan luas, sehingga kelas tidak bising.
Ruang kelas Acceleration, Enrichment, dan RSBI setiap ruang dilengkapi dengan sarana-prasarana yang memadai, ruang ber-AC, terdapat satu buah komputer yang terhubung internet, CD dan DVD player, tape-recorder, TV, sound-sistem, CC-TV, hot-sport yang dapat diakses oles siswa yang membawa lap-top.
Pelajaran hanya dilaksanakan pagi hari dan masuk enam hari sekolah. Pengembangan diri atau ekstra kurikuler dilaksanakan sore hari kecuali untuk hari Minggu dilaksanakan mulai pagi hari.
3.2.2.Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah guru sekaligus sebagai Peneliti dan kolaborator(teman guru dalam pembelajaran), ada kebiasaan pada program RSBI, Acceleration dan Enrichment pembelajaran IPA dilaksanakan team-teaching.
3.2.3.Objek Penelitian :
Siswa XI-Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar, guru sekaligus Peneliti, kolaborator.
3.3.Prosedur Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
3.5.1.ModelPenelitian
Dalam penelitian Tindakan Kelas ini peneliti menggunakan model spiral seperti yang di sarankan oleh Kemmis dan Taggart (1982), dengan langkah seperti berikut ini :
Gambar 3.1 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas
3.5.2.Skenario tindakan:
1)Guru menghantarkan pelajaran secara singkat tentang garis besar materi pelajaran Termodinamika pada mata pelajaran fisika dan penjelasan teknis tentang Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan.
2)Dari 24 siswa dikelas, peneliti membentuk kelompok menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari enam siswa dengan cara membagi langsung sesuai dengan nomer absensi siswa, yaitu nomer absen 1 sampai no 6 kelompok A, nomer absen 7 sampai 12 kelompok B dan seterusnya,untuk lebih jelasnya lihat gambar 1berikut ini:
13;14;15,16.17,18
19, 20, 21, 22, 23, 24
1; 2; 3;4; 5, 6
7; 8;9;10,11,12
ABCF
Gambar 3.2. Pembagian Kelompok
3) Setelah kelompokterbentuk kemudian guru membagikan CD yang berisi materi dan latihan soal-soal media interaktif beranalogi kebajikankepada seluruh siswa,dengan media internet/ICT dan sarana yang menunjang pada setiap kelompok.
4) Didalam kelompok kecil siswa mempelajari/mendiskusikan materi, menganalogi materi dengan kebajikan dan mengerjakan/membahas soal-soal untuk mendapatkan kompetensi.
5)Guru/kolaborator mengamati dan mencatat keaktifan siswa, interaksi siswa dalam kelompok dan ketrampilan dalam pembelajaran dengan media ICT beranalogi kebajikan.
6) Memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat soal sendiri sebanyak 1 soal dan jawabannya dalam bentuk media yang berbasis ICT beranalogi kebajikan yang siap di presentasikan oleh setiap kelompok. (Contoh soal dan ruang lingkup materi ada pada CD interaktif).
7)Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk mempresentasikan salah satu soalnya dalam diskusi kelas yang siap ditanggapi oleh kelompok yang lain.
8)Guru mengamati dan menilai aktivitas siswa saat diskusi kelompok maupun saat mengikuti diskusi kelas baik sebagai penyaji maupun audience.
9) Memberikan kesempatan bertanya, mengklarifikasi dan memberi penegasan baik sebagai penyaji maupun audience
10) Memberikan tes kepada seluruh siswa pada akhir pertemuan.
11) Guru mengumumkan hasil tes dalam bentuk nilai yang diperoleh baik sebagai individu maupun yang diperoleh kelompok.
12)Guru memberikan penghargaan kepada semua kelompok peserta untuk menumbuhkan motivasi belajar, motivasi bersosialisasi dan kompetisi yang sehat antar peserta didik.
3.5.3.Skenario Pengamatan
Saat guru pengajar membawakan pembelajaran Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan didalam proses pembelajar, patner guru sebagai kolaborator selain sebagai tim dalam pembelajaran jugabertindak sebagai pengamat atau peneliti untuk mendapatkan data kualitatiftentang aktivitas siswa, dengan mengisi lembar observasi (terlampir) mulai dari:
oKecepatan siswa dalam membentuk formasi kelompok
oKeaktifan dalam memberikan kontribusi membangun kompetensi pada kelompok dalam belajar bersama di kelompok dan berdiskusi di kelompoknya
oInovasi individu dalam menggali materi pelajaran di CD pembelajaran maupun pengembangannya di internet.
oBerinisiatif mewakili kelompok memprsentasian soal atau materi dari kelompoknya.
oIkut aktif menjawab saat kelompok lain menanggapi
Selain pengumpulan data kualitatif juga diperlukan data kuantitatif. Dalam pengumpulan data kuantitatif diperoleh dengan cara memberikan tes (terlampir) sesuai Kompetensi Dasar dan Indikator yang ditargetkan setelah dipelajari siswa dalam kelompok. Pekerjaan siswa pada tes dikoreksi oleh guru pengajar. Kolaborator menghimpun dan mengolah data nilai siswa hingga didapat nilai hasil tes yang diperoleh secara individu maupun kelompok.
3.4.Refleksi
Setiap akhir kegiatan kelompok maupun kegiatan kelas selalu diberikan refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti dibantu oleh observer sebagai kolaborator. Refleksi dibedakan menjadi 2 yaitu refleksi yang dilakukan pada setiap akhir siklus, dan refleksi yang dilakukan pada akhirjam tatap muka. Refleksi pada setiap siklus pembelajar memberikan masukan dan saran pada setiap kelompok beserta anggotanya dari hasil pengamatan. Apa saja yang telah siswa peroleh, konsep konsep dan kopetensi berdiskusi kelompok dan diskusi kelas apa yang telah diperoleh dan perlu diperbaiki. Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus didasarkan pada hasil observasi selama 1 siklus. Macam tindakan yang dirancang pada siklus berikutnya ditentukan berdasarkan hasil refleksi ini. Dengan cara ini proses pembelajaran dalam satu siklus juga diharapkan mengalami perbaikan.Refleksi pada setiap akhir pelajaran didasarkan pada hasil observasi hari itu.Kelemahan-kelemahan yang ditemukan dicatat dan diusahakan untuk diperbaikipada pertemuan pelajaran berikutnya.
Pada refleksi yang disampaikan pengajar atau kolaboratornya, siswa mengetahui keaktifan dalam pembelajaran pada diskusi kelompok dan kelas serta masukan masukan sikap positif belajar dari apa yang dilakukan oleh siswa yang lain dan menghindari aktivitas yang merugikan dalam pembelajaran.
Pada refleksi, siswa juga mengetahuinya kompetensi yang telah dicapainya dalam prestasinya belajar atau nilai tes baik secara indivuidu dan nilai yang diperoleh kelompoknya. Diharapkan dapat merangsang motivasi belajarnya yang diterapkan pada siklus berikutnya dan pada kegiatan pembelajaran yang lain. Adanya kompetisi antar kelompok dan adanya kesadaran ikut andil dalam menentukan prestasi kelompoknya akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan merasa dibutuhkan oleh lingkungannya akan menumbuhkan kompetensi baru dan meningkatkan kompetensi yang telah dimiliki sebelumnya.
3.5.1.Refleksi hasil interferensi dan analisa data
Dalam refleksi ini dilakukandengan cara kolaboratif antara peneliti dan kolaborator yang didasarkan pada hasil interpretasi hasil analisis data,yang hasilnya akan digunakan untuk menetapkanlangkah langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Sedangkan Komponen komponen refleksi data digambarkan sebagai berikut: Penganalisisan > Pemaknaan > Penjelasan > Penyimpulan >Tindak Lanjut.
3.5.2.Rencana Tindak lanjut,
Rencana tindak lanjut dirancang berdasarkan keterkaitan antara hasil analisis data dengan indikator keberhasilan. Dalam hal ini telah kita tentukan indikator keberhasilan, yaitu kreteria untuk ketuntasan individu sebesar 75%, dan untuk kelas 85% .
3.5.Mempersiapkan Sarana Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Peneliti dan kolaborator menyiapkan perangkat pembelajaran : Silabus, RPP, materi tentang Termodinamika dalam keping CD yang berbentuk media interaktif, media pembelajaran, dan instrument input dan instrument penilaian.
3.5.1.Instrument input :
- Seperangkat test awal yang terdiri dari 24 soal Fisika pada pokok bahasan Termodinamika.
- Peta kelas XISemester 2dalam kondisi awal, sebagai berikut :
Tabel 3. 1. Distribusi Frekuensi nilai Awal
-Berdasarkan tabiel1 diatas terlihat nilai yang diatas 75 sejumalah4 nilai yaitu nilai 75 dua siswa dan nilai 76 dua siswa. Mastery Learning: Belum Tuntas Klasikal, ketuntasan klasikal masih 17 %
- Nilai rata rata hasil Pre test= 72,71 %
- Buku teks Fisika pada pokok bahasan Termodinamika pada kondisi awal, adalah lembaran foto copy dan tidak semua siswa memilikinya, sebagian yang lain mencatat sebagian yang lain tidak mencatat dan tidak punya fotocopiannya
3.5.2.Instrument Proses:
-Instrument pengamatan terhadap guru matapelajaran Fisika yang terdiri dari organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas dan catatan anecdotal record-catatan tentang aktivitas mengajar guru kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar.
ØLembar ceklis kontrol tindakan guru kesesuaiannya dengan perencanaan tindakan
Tabel 3.2Instrumen Pengendali tindakan Guru(diisi kolaborator)
Indikator Tindakan
YA
TIDAK
1)Guru menghantarkan pelajaran secara singkat tentang garis besar materi pelajaran Termodinamika pada mata pelajaran fisika dan penjelasan teknis tentang Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan.
2)Dari 24 siswa dikelas, peneliti membentuk kelompok menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari enam siswa dengan cara membagi langsung sesuai dengan nomer absensi siswa, yaitu nomer absen 1 sampai no 6 kelompok A, nomer absen 7 sampai 12 kelompok B dan seterusnya,untuk lebih jelasnya lihat gambar 1berikut ini:
13;14;15,16.17,18
19, 20, 21, 22, 23, 24
1; 2; 3;4; 5, 6
7; 8;9;10,11,12
ABCF
Gambar 3.2. Pembagian Kelompok
3)Setelah kelompokterbentuk kemudian guru membagikan CD yang berisi materi dan latihan soal-soal media interaktif beranalogi kebajikankepada seluruh siswa,dengan media internet/ICT dan sarana yang menunjang pada setiap kelompok.
4)Didalam kelompok kecil siswa mempelajari/mendiskusikan materi, menganalogi materi dengan kebajikan dan mengerjakan/membahas soal-soal untuk mendapatkan kompetensi.
5)Guru/kolaborator mengamati dan mencatat keaktifan siswa, interaksi siswa dalam kelompok dan ketrampilan dalam pembelajaran dengan media ICT beranalogi kebajikan.
6)Memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat soal sendiri sebanyak 1 soal dan jawabannya dalam bentuk media yang berbasis ICT beranalogi kebajikan yang siap di presentasikan oleh setiap kelompok. (Contoh soal dan ruang lingkup materi ada pada CD interaktif).
7)Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk mempresentasikan salah satu soalnya dalam diskusi kelas yang siap ditanggapi oleh kelompok yang lain.
8)Guru mengamati dan menilai aktivitas siswa saat diskusi kelompok maupun saat mengikuti diskusi kelas baik sebagai penyaji maupun audience.
9)Memberikan kesempatan bertanya, mengklarifikasi dan memberi penegasan baik sebagai penyaji maupun audience
10)Memberikan tes kepada seluruh siswa pada akhir pertemuan.
11) Guru mengumumkan hasil tes dalam bentuk nilai yang diperoleh baik sebagai individu maupun yang diperoleh kelompok.
12)Guru memberikan penghargaan kepada semua kelompok peserta untuk menumbuhkan motivasi belajar, motivasi bersosialisasi dan kompetisi yang sehat antar peserta didik.
Presentase Tindakan Guru sesuai Perencanaan
Jumlah indikator yang dilaksanakan dengan benar (YA)
= ------------------------------------------------------------------ x 100%
12
ØLembar ceklis tindakan guru menurut siswa presentasi diterima/menyenangkan
Tabel 3.3. Lembar cekklis siswa terhadap pembelajaran yang dibawakan guru
No
Diskriptor
Ya
Tidak
1
Saya merasa senang apabila gurumenggunakanCooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikanpada mata pelajaran fisika
2
Penggunaan ICTcooperative learning dengan analogi kebajikan oleh guru, membuat saya semakin bersemangat
3
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, dapat membedakan siswa yang aktif dengan siswa yang pasif
4
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, dapat meningkatkan rasa percaya diri
5
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, tidak membuat saya tertekan akibat merasa selalu diawasi
6
Dengan menggunakan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan, kami merasa dihargai sama baiknya dengan kelompok siswa yang lebih pandai
7
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, dapat menambah kemandirian belajar
8
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, mendapatkan suasana yang religius hingga kami makin bijak dalam kehidupan umumnya dan mengikuti pelajaran khususnya
9
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, menyebabkan saya rajin mengerjakan PR
10
Penggunaan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan oleh guru, memacu kelompok kami untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok dengan lebih baik
Presentase Tindakan Guru menyenangkan/ diterima siswa
Jumlah indikator yang dilaksanakan dengan benar (YA)
= ------------------------------------------------------------------ x 100%
12
-Instrument pengamatan aktivitas siswa yang terdiri dari format Lembar Observasi.
Tabel 3.3. Lembar pengamatan aktivitas siswa
Nama Siswa: …………………………….Kelompok: ….
NO
DISKRIPSI AKTIVITAS SISWA
I
4
T
3
S
2
R
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Antusias/cepat membentuk kelompok
Berinisiatif menjalankan/memilih/mempelajari CD interaktif
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelompok
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelas
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan saat diskusi kelompok
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelompok
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelas
Ket: isi kolom I(istimewa) dengan nilai 4
isi kolom T (tinggi)dengan nilai 3
isi kolom S (sedang)dengan nilai 2
isi kolom R (rendah)dengan nilai 1
-Soal-soal Test
3.5.3.Instrumen untuk Output
- Peneliti dankolaborator membuat instrument output yang berkaitan dengan evaluasi pencapaian hasil, dan diputuskan kreteria untuk ketuntasan individu sebesar 75%, dan untuk kelas 85% .
- Melakukan Simulasi Pelaksanaan Tindakan, dalam hal ini Peneliti dan kolaborator bersama sama mempelajari tentang bagaimana mengimplementasikan Model Cooperative Learning berbasis ICTdalam mengajar materi Fisika pada bahasan Termodinamika untuk siswa kelas XI Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar.
3.6.Teknik Analisa Data
Peneliti melakukan pengajaran di kelas XI Semester 2SMA Negeri 1 Blitar dengan materi ajar Fisika pada bahasan Termodinamika, dengan menerapkan metode Pendekatan Cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan. Dengan menggunakan skenario pembelajaran yang telah di rumuskan.
3.6.1.Observasi .
Observasi dilakukan pada saat guru sekaligus peneliti melakukan tindakan. Pengamatan dilakukanoleh peneliti dan kolaboratordengan mencatatsemua peristiwa atau hal hal yang terjadi di kelas penelitian yaitu kelas XI-Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar, misalnya, kinerja peneliti saat mengajar, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya. Alat yang digunakan adalah instrument-instrument yang sudah ditetapkandalam perencanaan.
3.6.2.Asessmen.
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan pula asesmen yang bertujuanuntuk mengevaluasihasil belajar yang dicapai oleh siswa kelas XI-Acceleration Semester 2 SMA Negeri 1 Blitar sebagai hasil pelaksanaantindakan. Hasil assesmen ini juga merupakan data dari penelitian ini
3.6.3.Analisis Data Hasil Observasi dan Asessmen
(i) Jenis Data: Jenis data yang diperoleh berupa data kualitatifdan kuantitatif.
(ii) Analisis data kualitatif :Analisis data kualitatif dilakukan dengan kolaborator mengamati kegiatan mengajar guru yang sekaligus juga peneliti dan membahas masalah masalah yang menjadi perhatian. Pada proses analisis ini telah dibahas apa yang di harapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang diharapkan, apa penyebabnya, atau ternyata sudah terjadi seperti yang di harapkan, dan apa perlu dilakukan tindak lanjut; dan menganalisis hasil isian lembar observasi keaktifan siswa, hasil wawancara, catatan-catatan anecdotal siswa dan guru dan angket dengan cara: 1) mengumpulkan data kasar; 2) mereduksi; 3) menganalisis; 4) menarik kesimpulan.
(iii) Analisis data Kuantitatif : Analisis ini dilakukan dengan memasukan data kuantitatif (hasil test siswa) dalam Statistik Derkriptif sehingga dapat dicari nilai rata rata siswa, serta ketuntasan belajar siswa.
3.6.4.Interpretasi
Hasil analisis kemudian di interpretasikan dengan memberi makna atau mengartikan data yang diperoleh dengan cara membandingkan dengan kreteria yang telah diputuskan yaitu 75% untuk individu, 85% untuk kelas. Pemberian makna juga dihubungkan dengan teori yang diacu, pengalaman, atau penilaian dan pendapat dari kolaborator.
Jadi bila dalam siklus pertamapencapaian penguasaan materi ≥ 75%, jumlahnya < 85%, maka perlu dilakukantindakan lagi pada siklus ke 2, dan seterusnya. Dalam penelitian ini indikator keberhasilan dapat berupa kriteria kuantitatif dankualitatif.
3.7.Jadwal Kegiatan
NO
KEGIATAN
BULANTAHUN2008/2009
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
1
Pembuatan Proposal dan instrument
x
2
Seminar proposal
x
3
Uji Coba Instrumen
x
4
Pelaksanaan Penelitian
x
5
Pelaporan
x
Tabel 3.4. Jadwal kegiatan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Siklus Pertama.
4.1.1.Paparan Data Kualitatif
Pada siklus pertama ini, data kualitatif yang di dapat dari hasil observasi yang dicatat dalam anecdotal recorduntuk peneliti dan untuk siswa dapat di simpulkan sebagai berikut:
oPeneliti membagi kelompok tidak didasarkan pada asas heterogenitas, tapi dibagi menurut inisiatif langsung dari siswa anggota kelas.
oDari empat kelompok ada dua kelompok yang pasif dan tidak dapat mendiskusikan soal yang diberikan oleh peneliti.
oPelaksanaan pembelajaran masih terasa kurang active, terutamapada kelompok yang kemampuan seluruh anggotanya darisiswa level bawah
oSedangkan dua kelompok yang lain nampak sangat active dan ditemukan adanya proses sosialisasi, anggota kelompok membangun kompetensi dan adanya gambaran pembelajaran yang hidup dan menyenangkan.
oPelaksanaan diskusi kelas juga didominasi oleh dua kelompok saja sementara dua kelompok yang lain masih kurang aktif
oHasil tes pada akhir siklus menunjukkan sebaran nilai yang bagus hanya pada beberapa siswa yang berasal dari dua kelompok aktif sedangkan nilai dari siswa yang berasal dari dua kelompok yang lain kurang memuaskan.
Berinisiatif menjalankah/ memilih/mempelajari CD interaktif
5
6
9
4
3
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelompok
6
5
10
3
4
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan
5
6
6
7
5
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
4
8
8
4
6
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelas
6
5
8
5
7
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan saat diskusi kelompok
4
8
9
3
8
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
3
9
7
5
9
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelompok
5
7
7
5
10
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelas
4
8
8
4
Jumlah siswa setiap katagori intensitas keaktifan
47
70
80
43
Skor kelas setiap kolom katagori intensitas keaktifan
188
210
160
43
Nilai kelas yang menunjukkan prosentase aktivitas *)
63%
Keterangan I :jumlah siswa dengan katagori aktivitas istimewa atau yang sekornya 4
T:jumlah siswa dengan katagori aktivitas tinggi atau yang sekornya 3
S:jumlah siswa dengan katagori aktivitas sedang atau yang sekornya 2
R:jumlah siswa dengan katagori aktivitas rendah atau yang sekornya 1
*) Nilai yang menunjukkan prosentase aktivitas kelas =
Aktivitas siwa 63 % aktif. Dengan kata lain pada siklus 1 aktivitasnya sedang
4.1.2.Paparan Data Kuantitatif
Tabel 4.2. Rekapitulasi nilai siswa setelah tindakan pada siklus 1
NO
NAMA
SIKLUS 1
X-2
≥ 75
1
ADITYA PRIYO UTOMO
74
-
2
BRAMADI SIHAGUNG
70
-
3
CHRISTALLIA MAHA CHANDRA
84
T
4
DIAH FITRI EKARINI
76
T
5
DIMAS FANNY HEBRASIANTO P
74
-
6
ERRINA WIDYANINGRUM
74
-
7
F.B. BAYON SUKMA
70
-
8
FATIMAH ALZAHRA
73
-
9
HENDRIANTO
74
-
10
ICHSAN MAULANA
73
-
11
MAMIK HENGKI EKO SETIAWAN
80
T
12
MARCELINO DWI PRAYOGO
65
-
13
OCKY BHIMANTARA
85
T
14
PANDU PANOTO GOMO
83
T
15
RAMA ASTY HEPPY NEOSAKA
73
-
16
RATIH DWI INDRIANI
74
-
17
RESMI LAURA AISYAH
73
-
18
REZA FITRA KUSUMA NEGARA
81
T
19
REZA RUSANDY PUTRA
74
-
20
SHELVINA AYU DAMAYANTI
78
T
21
SONIA LARAS PUTRI
73
-
22
WAHYU SEPTIAN ARDHIANSYAH A.
71
-
23
YERRYMIAZ SYLVALEONDI S.
84
T
24
ZWAGERI ARGO PITOYO
73
-
RERATA
75.38
MATERY LEARNING
33%
8
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Siklus 1
4.1.3.Rata rata skor siswa
Nilai Rata rata =75,38
4.1.4.Analisis menggunakan t-test
Tabel 4.4. Paired Samples Test Siklus 1
Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat nilai beda rata-ratax1—x2= 2, 667
Nilai t untukrata-rata x1—x2 =-2,522 dengan probabilitas 0,019 < 0,05 , berarti berbeda secara signifikan.
Rumus:
ttest=
Mean (skor rata-rata) sebelum tindakan = 72,71
Mean (skor rata-rata) setelah tindakan= 75,38
Untuk mendapatkan hasil yang sangat akurat peneliti menggunakan program SPSS 13.00
Analisis :
Hipotesis untuk t-test
Ho = rata-rata dari kedua kelompok nilai adalah identik (tak berbeda)
H1 = rata-rata dari kedua kelompok nilai adalahberbeda
Keputusan:
Jikahasil ttest > nilai tabel , Ho di tolak (rata-rata berbeda)
Jika hasil ttest < nilai tabel, Ho diterima (ratarata identik)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai ttes 2,522 > ttabel 2,021 dengan df 23. Jadi dapat disimpulakn bahwa Ho di talak atau dengan kata lain rata-rata nya berbeda secara signifikan
4.1.5.Refleksi
Dilihat dari skor rata rata memang ada peningkatan prestasi siswa, yaitu dari rata-rata 72,71 menjadi 75,38 tetapi dilihat dariketuntasan belajar, ternyata masih belum berhasil.Karena yang meningkat nilainya hanya siswa siswa tertentu saja, dan Ketuntasan belajarbelum terpenuhi, dimana siswa yang melampau batas minim (75%)masih belummelampau ambang batas 85% secara klasiskal, yaitu hanya 17 % maka perlu dilakukan siklus kedua.
4.2.Siklus Kedua
4.2.1.Paparan Data Kualitatif
Pada siklus kedua ini, data kualitatif yang didapat dari hasil observasi yang dicatat dalam anecdotal recorduntuk peneliti dan untuk siswa dapat di simpulkan sebagai berikut:
oDengan pengalaman pada siklus pertama maka Peneliti membagi kelompok didasarkan pada asas heterogenitas, sehingga pada tiap tiap kelompok ada siswa yang pandai sehingga dalam diskusi kelompok dapat lebih hidup.
oPelaksanaan pembelajaran berjalan sangat aktif, pada seluruh kelompok.
oPelaksanaan diskusi kelas juga merata keempat kelompok berlangsung antusias.
oHasil tes pada akhir siklus kedua menunjukkan sebaran nilai yang merata bagus pada seluruh siswa.
Tabel 4.5. Rekap Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus 2
NO
DISKRIPSI AKTIVITAS SISWA
ISI JUMLAH SISWA
I
T
S
R
4
3
2
1
1
Antosias/cepat membentuk kelompok
9
7
6
2
2
Berinisiatif menjalankah/ memilih/mempelajari CD interaktif
10
6
5
3
3
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelompok
9
6
7
2
4
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan
10
8
4
2
5
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
8
9
4
3
6
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelas
9
6
7
2
7
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan saat diskusi kelompok
10
7
6
1
8
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
10
9
3
2
9
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelompok
8
8
6
2
10
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelas
10
8
4
2
Jumlah siswa setiap katagori intensitas keaktifan
93
74
52
21
Skor kelas setiap katagori intensitas keaktifan
372
222
104
21
Nilai kelas yang menunjukkan prosentase aktivitas *)
75%
*) Nilai yang menunjukkan prosentase aktivitas kelas =
Prosentase aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus ke 2 = 75% pada katagori Baik
4.2.2.Ketuntasan Belajarpada Siklus kedua
Tabel 4.6. Rekapitulasi nilai siswa setelah tindakan pada siklus 2
NO
NAMA
SIKLUS 2
X-3
≥ 75
1
ADITYA PRIYO UTOMO
75
T
2
BRAMADI SIHAGUNG
75
T
3
CHRISTALLIA MAHA CHANDRA
75
T
4
DIAH FITRI EKARINI
76
T
5
DIMAS FANNY HEBRASIANTO P
76
T
6
ERRINA WIDYANINGRUM
62
-
7
F.B. BAYON SUKMA
63
-
8
FATIMAH ALZAHRA
76
T
9
HENDRIANTO
75
T
10
ICHSAN MAULANA
75
T
11
MAMIK HENGKI EKO SETIAWAN
75
T
12
MARCELINO DWI PRAYOGO
60
-
13
OCKY BHIMANTARA
75
T
14
PANDU PANOTO GOMO
76
T
15
RAMA ASTY HEPPY NEOSAKA
75
T
16
RATIH DWI INDRIANI
75
T
17
RESMI LAURA AISYAH
76
T
18
REZA FITRA KUSUMA NEGARA
75
T
19
REZA RUSANDY PUTRA
75
T
20
SHELVINA AYU DAMAYANTI
75
T
21
SONIA LARAS PUTRI
75
T
22
WAHYU SEPTIAN ARDHIANSYAH A.
76
T
23
YERRYMIAZ SYLVALEONDI S.
75
T
24
ZWAGERI ARGO PITOYO
76
T
RERATA
73.63
MATERY LEARNING
88%
21
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi nilai Siklus 2
Berdasarkan tabiel2diatas terlihat nilai yang diatas 75 sejumalah21 siswa yaitu 88 % Mastery LearningTUNTAS KLASIKAL
4.2.3.Rata rata skor siswa
Nilai Rata rata =73.63
4.2.4.Analisis menggunakan t-test
Hasil t-test
Tabel 4.8. Paired Samples Statistics Siklus 2
Tabel 4.9. Paired Samples Test Siklus 2
Berdasarkan tabel diatas terlihat nbahwa nilai t-test 1,316 < t-tabel 2,021 dengan df 23. Jadi dapat disimpulakan bahwa Ho di terima atau dengan kata lain rata-rata nya berbeda tidak signifikan.
4.2.5.Refleksi
Dilihat dari skor rata rata ada peningkatan prestasi siswa, yaitu dari rata rata72,71 menjadi 73.63kenaikannya tidak signifikan walaupun ada 21 siswa atau 88% yang telah tuntas. Dilihat dari ketuntasan belajar sudah memenuhi ambang batas yang ditentukan yaitu 75% individu, dan 85% , Maka masih diperlukan lagi siklus berikutnya.
4.3.Siklus ketiga
4.3.1.Paparan Data Kualitatif
Pada siklus ketigaini ,data kualitatif yang di dapat dari hasil observasi yang dicatat dalam anecdotal recorduntuk peneliti dan untuk siswa dapat di simpulkan sebagai berikut:
oDengan pengalaman pada siklus pertamadan kedua selain peneliti membagi kelompok didasarkan pada asas heterogenitas, sehingga pada tiap tiap kelompok ada siswa yang pandai sehingga dalam diskusi kelompok dapat lebih hidup. Tetapi juga perlu adanya pendampinangan guru lebih sering untuk memantau beberapa siswa dalam kelompok supaya benar benar seluruhnya aktif dan antusias menggali kompetensi melalui media pembelajaran interaktif maupun internet dengan alamat situs yang lebih jelas, sehingga waktu siswa tidak habis untuk mencarialamat situs di internet.
oPelaksanaan pembelajaran berjalan sangat aktif, pada seluruh kelompok, terjadi tutorial teman sebaya, beberapa anggota makin percaya diri dan berinisiatif menularkan kemampuannya pada anggota kelompok yang lain
oPelaksanaan diskusi kelas juga makin banyak yang aktif dan merata keempat kelompok berlangsung antusias.
oHasil tes pada akhir siklus menunjukkan sebaran nilai yang merata dan meningkat bagus pada seluruh siswa.
Tabel 4.10. Rekap Lembar pengamatan aktivitas siswa pada Siklus 3
NO
DISKRIPSI AKTIVITAS SISWA
ISI JUMLAH SISWA
I
T
S
R
4
3
2
1
1
Antosias/cepat membentuk kelompok
12
6
5
1
2
Berinisiatif menjalankah/ memilih/mempelajari CD interaktif
18
2
2
2
3
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelompok
17
4
2
1
4
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan
12
8
2
1
5
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
14
6
3
1
6
Sering melontarkan pertanyaan/permasalahan pada diskusi kelas
18
2
3
1
7
Berinisiatif menjawab permasalahan yang dilontarkan saat diskusi kelompok
16
4
3
1
8
Menjawab benar permasalahan ysng dilontarkan dalam diskusi kelompok
13
6
3
2
9
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelompok
17
3
3
1
10
Menghargai pendapat siswa lain saat diskusi kelas
18
2
2
2
Jumlah siswa setiap katagori intensitas keaktifan
155
43
28
13
Skor kelas setiap katagori intensitas keaktifan
620
129
56
13
Nilai kelas yang menunjukkan prosentase aktivitas*)
85%
*) Nilai kelas yang menunjukkan prosentase aktivitas =
Prosentase aktivitas kelas 85%. Dapat dikatakan bahwa ktifitas pembelajaran dikelas tinggi.
4.3.2.Ketuntasan Belajarpada Siklus Ketiga
Tabel 4.11. Rekapitulasi Nilai Siswa Setelah Tindakan pada Siklus 3
NO
NAMA
SIKLUS 3
X-4
≥ 75
1
ADITYA PRIYO UTOMO
78
T
2
BRAMADI SIHAGUNG
83
T
3
CHRISTALLIA MAHA CHANDRA
78
T
4
DIAH FITRI EKARINI
85
T
5
DIMAS FANNY HEBRASIANTO P
87
T
6
ERRINA WIDYANINGRUM
76
T
7
F.B. BAYON SUKMA
78
T
8
FATIMAH ALZAHRA
87
T
9
HENDRIANTO
85
T
10
ICHSAN MAULANA
77
T
11
MAMIK HENGKI EKO SETIAWAN
78
T
12
MARCELINO DWI PRAYOGO
73
-
13
OCKY BHIMANTARA
86
T
14
PANDU PANOTO GOMO
78
T
15
RAMA ASTY HEPPY NEOSAKA
77
T
16
RATIH DWI INDRIANI
78
T
17
RESMI LAURA AISYAH
78
T
18
REZA FITRA KUSUMA NEGARA
84
T
19
REZA RUSANDY PUTRA
80
T
20
SHELVINA AYU DAMAYANTI
82
T
21
SONIA LARAS PUTRI
78
T
22
WAHYU SEPTIAN ARDHIANSYAH A.
77
T
23
YERRYMIAZ SYLVALEONDI S.
74
-
24
ZWAGERI ARGO PITOYO
73
-
RERATA
79.58
MATERY LEARNING
88%
21
Tabel 4.12. Paired Samples Statistics Siklus 3
4.1.6.Rata rata skor siswa
Nilai Rata rata =75,38
4.1.7.Analisis menggunakan t-test
Tabel 4.13. Paired Samples Test Siklus 3
Berdasarkan tabel diatas terlihat nbahwa nilai t-test8,111 < t-tabel 2,021 dengan df 23. Jadi dapat disimpulakan bahwaHo di tolak atau dengan kata lain rata-rata nya berbeda signifikan
4.3.3.Refleksi
Dilihat dari skor rata rata ada peningkatan prestasi siswa, yaitu dari rata rata awal 72,71 menjadi 79,58 kenaikannya yang signifikan dan ada 21 siswa atau 88% telah tuntas. Dilihat dari ketuntasan belajar sudah memenuhi ambang batas yang ditentukan yaitu 75% individu, dan 85% , Maka tidak diperlukan lagi siklus berikutnya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas selama tiga siklus yang menggunakanmodel cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikanpada mata pelajaran Fisika pokok bahasan Termodinamika, terbukti bahwa:
5.2.1.Ada peningkatanaktivitas siswa pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Termodinamika dalam pembelajaran Model cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan,
5.2.2.Ada peningkatan prestasi belajar siswa pokok bahasan Termodinamika. dalam Model cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan.
5.2.Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dideskripsikan pada bab IV,maka akan diajukan beberapa saran sebagai berikut:
5.2.1.Bagi para Guru
Gunakan pendekatan cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan untuk mengajar Fisika kususnya pada pokok bahasan Termodinamika. Karena model ini dapat membuat siswabenar-benar terlibat dalam proses pembelajaran sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
5.2.2.Bagi para Peneliti
Karena penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Blitar, maka peneliti lain dapat mengambil sampel di lain sekolah yang ada di Kota Blitar, dan bahkan dapat mengembangkan penelitiannya pada mata pelajaran Fisika pada pokok bahasan yang lain maupun mata pelajaran yang lain.
5.2.3.Bagi Siswa
Model pembelejaran cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan memberikan pengalaman siswa mengeluarkan ide, dapat bertukar pendapat, memupuk rasa percaya diri, meningkatkan wawasan tehnologi informasi, leluasa memilih dan menggali materi pelajaran sehinggaprestasi siswa akan meningkat. Dalam belajar pada bahasan yang lain siswa perlu mencoba model cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan.
5.2.4.Bagi Sekolah
Perlu adanya data tentang efektifitas cooperative learning dengan media ICT beranalogi kebajikan sebanyak mungkin sebagaidasar menentukan sekala prioritas dalam pengambil kebijakan tentang peningkatan kompetensi guru akan model-model pembelajaran melalui pelatihan atau workshop dan pengadaan sarana ICT guna penunjang pembelajaran berbasis ICT.
Ary,D.,L.C.Jacobs dan A.Razavich.1979. Introduction of Research in Education.NewYork: RennerhartandWinston.
As’ ari, ARahman.2002.Beberapa HalPentingtentangPembelajaran Fisika dengan CooperativeLearning. Malang : Dalam Simposium.
Bogdan, Robert C and Sari Knopp. 1998. Qualitative Research in Education. Courtesy: Library of Congress Cataloging-in-Publication data.
Departemen P dan K. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Departemen P dan K.
Depdiknas. 2007. Pengembangan Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti
Depdiknas.2000. Penilaian dan Pengujian untuk Guru SMA.Jakarta: DirjenDikdasmen
Depdiknas.2003.Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta :Depdiknas.
Depdiknas.2003.Pedoman Kusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SekolahMenengah Pertama.Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.2003.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA dan Madrasah. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.2007.Pedoman Penyusunan Usulan dan laporan pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran di LPTK (PPKP). Jakarta: Dirjen Dikti Derektorat ketenagaan.
Djumanta,Wahyudia.1994.Fisika untuk SLTP Kelas 3.Bandung :Multi Trust
Dryden,Gordon & Jeannette Vos.2003.Revolusi Cara Belajar. Bandung: Pt.Mizan Pustaka
Jagianto HM. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Jogjakarta. Penerbit Andi
Johnson,Elaine B.2002.Contextual Teaching and Learning.Callifornia.Corwin Press,Inc
Latief, Mohammad Adnan. 2003. Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Bahasa Inggris. Malang: Universitas Negeri Malang.